tentang cita-cita

Mei 23, 2013

Waktu kecil, setiap ditanya cita-citanya apa, gue konsisten punya 2 jawaban.

Cita-cita pertama : jadi dokter
Alasan : "Bagus, pake baju putih"
Dengan alasan simpel "bagus berbaju putih" pleus ngalungin stetoskop kemana-mana udah cukup bikin anak TK jadi punya cita-cita. Heuu!
Tercapai ga cita-citanya? Tercapai sih pake baju putihnya (baca: jas lab), yang ga tercapai jadi dokter nya -_-'
Lain hal kali yaa kalo alasannya kaya yang ada di iklan "pengen nyembuhin temen chilla yg sakiiit" :p

Cita-cita kedua : Jadi Guru
Alasan : "Enak, maennya sama anak-anak terus"
Nah... Baru gue sadari, ini alesan antimainstream jamannya anak-anak. Biasanya anak-anak pengen cepet jadi orang-orang dewasa biar ga selalu dianggap anak-anak yang disuruh ini dan itu, dilarang segala macem, dll.
Lah gue kayanya keenakan di masa anak-anak, sampe jawaban dari alasan cita-cita pun ga jauh dari "maen sama anak-anak".
Tercapai ga cita-citanya? Tercapai sih maen sama anak-anaknya. Jadi guru nya belum, baru sebatas freelance "suka-suka gue" pengalih perhatian aja :)

Kalo sekarang ditanya cita-citanya apa? Rumit!
Ga sebebas masa kecil dulu yang jawab spontanitas: jadi dokter, jadi guru, jadi astronot, jadi pengacara, jadi polisi, jadi presiden, dll.
Sekarang udah punya pertimbangan, punya visi misi kedepan. Udah bisa mikir lah walopun baru dikit. Ga sekenanya kaya waktu kecil yang ga usah repot-repot mikir gimana cara menuju kesananya.

jadilah, cita-cita sekarang kurang lebih :
"jadi anak, wanita, istri, dan ibu yang tidak merugikan"
Klise? iya. Tapi ya begitulah akumulasi dari cita-cita gue 23tahun ini.
Jadi baik belum bisa, jadi berguna apalagi. Minimal jadi yang tidak merugikan dulu :)
*Masih bisa berubah sesuai perkembangan jaman. Hehe^^

You Might Also Like

0 komentar